Rabu, 25 Agustus 2010

A, B, and the Past

Suatu ketika si A becerita kepada anaknya, tentang kenangan masa lalunya bersama si B. Saat ini B sudah tenang di surga, meninggalkan istri dan 3 orang anak. Anak B yang pertama telah menyelesaikan masa sekolahnya, dan berniat melanjutkan kuliah di universitas negeri di Jakarta. Berhasil mendapatkan jurusan Sastra Inggris melalui SNMPTN, siapa yang tidak bangga, mendahului para peserta ujian yang lain. Tetapi, sepeninggal B siapa lagi yang bisa membiayai kuliah anaknya yang pertama itu. Sedangkan istri B pontang-panting mencari uang untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan ketiga anaknya.

Datanglah sms dari istri B kepada A, meminta tolong membantu anaknya untuk biaya kuliah. Taulah sekarang biaya kuliah seperti apa, mahalnya bukan main. Oh iya, A dan B ini masih ada hubungan saudara. Singkat cerita, terbaca sms dari istri si B oleh istri si A. Karena hanya sekedar membaca tulisan, timbul perasaan yang macam-macam ngga karuan. Mungkin sangking negatifnya, akhirnya istri si A cerita sama anaknya tentang masalah tersebut. Istri si A sih ngga berani untuk menumpahkan isi pikirannya kepada A.

Akhirnya, anak si A bilang kepada A. "Apa benar bapak membantu anak si B untuk biaya kuliahnya?". "Tahu darimana kamu? Saya belum ada konfirmasi apa-apa kepada mereka. Kalau memang saya bantu juga, saya tidak mungkin membantu perkuliahannya 100% sampai lulus. Mungkin biaya awalnya saja". Anak si A ini hanya diam. Kemudian si A menceritakan kenangannya bersama si B itu ...

... Dahulu waktu saya masih kecil, kamu tahu kan Bapak ini hidup susah, kakek kamu meninggal saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Akhirnya nenek kamu yang bekerja keras untuk bapak dan adik-adik. Saya dan B sering main bersama. B memiliki ladang padi yang cukup lumayan. Suatu ketika, dia menggarapnya sendiri. Menanam benihnya, merawat dengan baik hingga tiba saatnya untuk panen. Saat panen, B menjual beras hasil panen di pasar, hasil keringat dia. B datang ke rumah bapak, dan berkata " ini hasil saya menjual beras buat kamu sama adik-adikmu, pergi sana ke pasar mingguan beli apapun yang kalian mau" ...

Menurut A, hal tersebut sampai kapanpun ngga akan bisa dilupakan. Kenangan yang sungguh manis. A mengganggap kenangan tersebut sebagai hutang budi, yang ga akan pernah bisa dibayar. Sehingga, walaupun memang keluarga B yang susah hidupnya, A tidak akan pernah jemu untuk membantu.

------------------------------------------------------------     cerita ini beneran ada, salah satu kisah hidup seseorang di keluarga gue. saat diceritain ke gue, gue sadar, bahwa gue ngga bisa menilai seseorang sebelum gue kenal banget sama dia. bahkan kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar