Rabu, 25 Agustus 2010

52 years for fighting

15 Agustus 1958 - 15 Agustus 2010
Berarti tahun ini usia bapak udah 52 tahun. Manusia memang semakin ke depan bakalan semakin menua. Udah sangat banyak jerih payah bapak buat keluarga. Terima kasih Tuhan, untuk seorang ayah yang telah Kau beri. Setiap omelannya, setiap nasihatnya, setiap tertawanya, setiap tangisannya, setiap kasih sayangnya tidak akan pernah aku lupa. Berikan dia kesehatan selalu, Tuhan. Berikan dia hati yang selalu mau bersyukur kepada-Mu atas segala pemberian-Mu, berikan dia kekuatan untuk memimpin keluarga. Terima kasih Tuhan untuk bapak :)

A, B, and the Past

Suatu ketika si A becerita kepada anaknya, tentang kenangan masa lalunya bersama si B. Saat ini B sudah tenang di surga, meninggalkan istri dan 3 orang anak. Anak B yang pertama telah menyelesaikan masa sekolahnya, dan berniat melanjutkan kuliah di universitas negeri di Jakarta. Berhasil mendapatkan jurusan Sastra Inggris melalui SNMPTN, siapa yang tidak bangga, mendahului para peserta ujian yang lain. Tetapi, sepeninggal B siapa lagi yang bisa membiayai kuliah anaknya yang pertama itu. Sedangkan istri B pontang-panting mencari uang untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan ketiga anaknya.

Datanglah sms dari istri B kepada A, meminta tolong membantu anaknya untuk biaya kuliah. Taulah sekarang biaya kuliah seperti apa, mahalnya bukan main. Oh iya, A dan B ini masih ada hubungan saudara. Singkat cerita, terbaca sms dari istri si B oleh istri si A. Karena hanya sekedar membaca tulisan, timbul perasaan yang macam-macam ngga karuan. Mungkin sangking negatifnya, akhirnya istri si A cerita sama anaknya tentang masalah tersebut. Istri si A sih ngga berani untuk menumpahkan isi pikirannya kepada A.

Akhirnya, anak si A bilang kepada A. "Apa benar bapak membantu anak si B untuk biaya kuliahnya?". "Tahu darimana kamu? Saya belum ada konfirmasi apa-apa kepada mereka. Kalau memang saya bantu juga, saya tidak mungkin membantu perkuliahannya 100% sampai lulus. Mungkin biaya awalnya saja". Anak si A ini hanya diam. Kemudian si A menceritakan kenangannya bersama si B itu ...

... Dahulu waktu saya masih kecil, kamu tahu kan Bapak ini hidup susah, kakek kamu meninggal saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Akhirnya nenek kamu yang bekerja keras untuk bapak dan adik-adik. Saya dan B sering main bersama. B memiliki ladang padi yang cukup lumayan. Suatu ketika, dia menggarapnya sendiri. Menanam benihnya, merawat dengan baik hingga tiba saatnya untuk panen. Saat panen, B menjual beras hasil panen di pasar, hasil keringat dia. B datang ke rumah bapak, dan berkata " ini hasil saya menjual beras buat kamu sama adik-adikmu, pergi sana ke pasar mingguan beli apapun yang kalian mau" ...

Menurut A, hal tersebut sampai kapanpun ngga akan bisa dilupakan. Kenangan yang sungguh manis. A mengganggap kenangan tersebut sebagai hutang budi, yang ga akan pernah bisa dibayar. Sehingga, walaupun memang keluarga B yang susah hidupnya, A tidak akan pernah jemu untuk membantu.

------------------------------------------------------------     cerita ini beneran ada, salah satu kisah hidup seseorang di keluarga gue. saat diceritain ke gue, gue sadar, bahwa gue ngga bisa menilai seseorang sebelum gue kenal banget sama dia. bahkan kehidupannya.

Rabu, 18 Agustus 2010

There you August

Hey ya guys, long time no see. Udah lama banget nih blog ngga gue rambah, begitu juga banyak banget kejadian yang udah di lewatin. Entah itu marah, sedih, senang, badmood, kesel, mesam-mesem, yayaya masih banyak lagi. Misalnya aja, Praktek Kerja Lapangan atau yang di kampus gue disebut Geladi baru aja selesai, HUT RI yang ke 65, Ulang tahun bokap gue yang ke 52 (wah balep-balepan nih sama HUT RI haha), bulan puasa *marhabban ya ramadhan, adek gue yang tahun ini masuk Perguruan Tinggi, dan masih banyak lagi.

Untuk ke depannya, tinggal menghitung hari aja memasuki masa perkuliahan. Kadang kangen juga masa-masa kuliah pas lagi geladi atau di rumah. Tapi giliran lagi padet-padetnya kuliah, gue ngeronta-ronta, jedotin kepala, sampe mau bunuh diri pengen pulang ke rumah (lebay). Walaupun di rumah sering diomelin sama bokap atau nyokap, dan keinginan gue yang kadang tidak diharapkan oleh adek gue, tapi berat boo yang namanya ninggalin rumah. Gimana ngga berat, nanti pas kuliah, gue makan ngga bisa tinggal liyat meja makan, harus jalan kaki dulu nyari makan. Mau jajan mesti pake duit sendiri, ngga bisa minta-minta lagi. Mau tidur ngga bisa pake AC. Oke ini udah kelewatan, gue bukan anak manja seperti yang kalian bayangin.

Haah, menghitung kepergian gue ke Bandung yang beberapa hari lagi, berarti di rumah tinggal nyokap, bokap, dan adek gue yang paling kecil. Soalnya, adek gue yang cowok udah masuk kuliah, yang sama wilayahnya sama gue. Bandung. Here we go guys, Buzzzzz!